
Ketua DPR RI Puan Maharani mendorong penguatan kerja sama industri halal dalam pertemuan bilateral dengan pimpinan parlemen negara-negara sahabat di sela Konferensi Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) ke-19 di Gedung DPR RI, Kamis (15/5).
Pada forum yang mempertemukan parlemen negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ini, Puan menyoroti pentingnya Indonesia memanfaatkan keunggulan sebagai negara berpenduduk Muslim besar untuk mengembangkan sektor industri halal, terutama dalam kerja sama dengan Iran.
“Sebagai negara dengan penduduk Muslim yang besar, kita juga harus menyadari keunggulan komparatif yang kita miliki untuk mengembangkan industri halal. Saya berharap agar kerja sama pengembangan industri halal oleh kedua negara dapat diperkuat agar mampu menguasai pasar global,” ungkap Puan saat bertemu Ketua Majelis Permusyawaratan Islam Iran, Mohammad Bagher.
Lebih jauh, Puan menyambut baik kerja sama strategis di bidang teknologi dan kesehatan antara Indonesia dan Iran. Ia menyinggung proses finalisasi Nota Kesepahaman di bidang nanoteknologi dan bioteknologi yang dinilai penting untuk memperkuat ketahanan pangan, serta kolaborasi dalam proyek percontohan alat telemedisin.
Tak hanya dengan Iran, semangat membangun potensi perdagangan—termasuk yang berkaitan dengan produk halal—juga disampaikan Puan dalam pertemuan dengan parlemen Pantai Gading dan Burkina Faso. Ia menyoroti tren perdagangan Indonesia-Pantai Gading yang meningkat 15,3 persen dalam kurun 2019–2023, serta potensi kerja sama di sektor infrastruktur dan sumber daya manusia.
“Mengingat kondisi ekonomi global yang penuh dengan ketidakpastian. Indonesia dan Pantai Gading perlu untuk melakukan perluasan perdagangan ke pasar baru,” kata Puan.

Ia juga menekankan pentingnya menciptakan iklim investasi yang mendukung dan mengajak pelaku usaha Indonesia untuk berinvestasi di Afrika Barat, khususnya dalam proyek-proyek infrastruktur.
Dalam pertemuan dengan Ketua Parlemen Burkina Faso, Ousmane Bougouma, Puan menyoroti kendala tingginya tarif impor terhadap produk Indonesia yang membuat daya saing rendah. Ia mengusulkan adanya Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Burkina Faso untuk mengatasi hambatan tersebut.
“Untuk itu, saya berharap parlemen dapat mendorong pemerintah masing-masing negara untuk mempertimbangkan perlunya melakukan perundingan Preferential Trade Agreement (PTA) bilateral kedua negara,” ucapnya.
Di luar sektor perdagangan dan industri halal, Puan juga mengangkat isu kemanusiaan yang menjadi perhatian forum negara-negara OKI. Ia menyerukan pentingnya dukungan kolektif untuk kemerdekaan Palestina dan penghentian perang di Gaza.
“Penyelesaian konflik Palestina-Israel menjadi isu penting yang harus mendapatkan perhatian. Perang di Gaza harus segera dihentikan. Negara-negara yang tergabung dalam OKI harus menjamin akses bantuan kemanusiaan untuk saudara-saudara kita di Palestina,” tegasnya.
Pertemuan bilateral ini dihadiri juga oleh Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Irine Yusiana Roba Putri, serta Anggota BKSAP DPR Gilang Dhielafararez dan Stevano Rizki Adranacus. Sidang PUIC sendiri digelar sejak 12 Mei 2025 dan akan ditutup hari ini dengan deklarasi bersama bertajuk Jakarta Declaration.